Translate

Selasa, 23 Juli 2013

Bagian-Bagian Sekang Data Kempo

Landong (paviliun)

Sebagai sebuah bangunan, sekang terdiri dari beberapa bagian. Baik itu dalam(one mai) dan maupun di luarnya(peang mai). Bagian-bagian ini berhubungan satu sama lain, dan tak terpisahkan.

Bagian-bagian yang akan disebutkan disini, hanya pemberian nama pada bagian tersebut dengan sedikit penjelasan. Untuk pembahasan detail mengenai fungsi dan maknanya akan di bahas di topik berikutnya.


A. One Mai Sekang (Bagian Dalam Rumah);


Bagian dalam rumah yang dimaksud adalah bagian-bagian yang biasa menjadi tempat berinteraksi atau melakukan aktivitas dari penghuni rumah. Termasuk juga, bagian yang melekat pada rumah itu sendiri.
Bagian-bagian tersebut antara lain;

1.  Rede (Tangga)

Karena pada masa lalu, rumah orang Kempo berupa rumah panggung (sekang tenda), maka untuk menghubungkan tanah dan tenda rumah dibutuhkan sebuah tangga (rede). Untuk rumah tinggal (Sekang Kaeng) rede yang dipakai adalah rede yang memiliki anak tangga. Banyaknya anak tangga disesuaikan, tergantung tinggi tenda rumah dari tanah. Bahan kayu yang digunakan pun tergantung keinginan yang punya rumah. Baik yang terbuat dari kayu keras dengan anak tangga yang diikat dengan tali yang kuat maupun yang terbuat dari batang bambu yang anak tangganya dengan melubangi kedua batang bambu penyangga.Untuk sekang bonggok, tidaklah terlalu rumit, cukup sebatang kayu yang dipasang miring, sejajar bagian depan rumah.


2. Para Tongang / Pertongang / Para (Pintu)

Para adalah tempat keluar masuk dan sebagai penghubung bagian dalam rumah dan alam luar. Selain itu, para adalah sistem ventilasi utama udara dan cahaya yang masuk ke dalam rumah. Karena bentuk sekang pada jaman dulu hanya menggunakan satu pintu, yaitu hanya pintu depan.Sementara sistem buka/tutup pintu ada dua jenis yaitu;a.sistem geser, daun pintu yang terbuat dari anyaman bambu digantung, baik menggunakan tali maupun melubangi panel pintu bagian atas yang telah disiapkan, lalu diikat atau dimasukkan ke bambu melintang diatas pintu. Sementara sistem pengunciannya (nggalu) menggunakan sebatang kayu melintang dari dalam atau dari luar dengan pengunci tali di satu sisi.b. Sistem engsel, daun pintu dibuatkan engsel dengan menggunakan tali yang diikatkan pada kusen pintu. Agar tidak melorot, panel pintu bagian atasnya diikat dengan tali yang diikatkan ke tiang pegangan kusen pintu. Tinggal pintu dibuka ke dalam, dan sistem pengunciannya tetap sama.


3. Lutur (Ruang Tamu)

Lutur berfungsi ganda, sebagai ruang tamu maupun sebagai kamar tamu. Jika menerima tamu, biasanya duduk dulu di bantal-bantal (tange lonto) yang telah disiapkan, atau menggelar tikar (wisi loce). Bisa juga langsung duduk di ujung bawah kasur tradisional (kapal). Lutur maupun loce toko (tempat tidur) biasanya berada di dekat pintu.


4. Landong (Paviliun)

Landong atau ruang keluarga, tempat berkumpul dan bercengkrama bersama seisi rumah. Landong adalah ruangan yang lapang (ngalis) berada di tengah, karena dikelilingi oleh kamar-kamar.Setiap penghuni akan duduk didepan kamar masing-masing jika sedang berkumpul. Selain tempat berkumpul untuk musyawarah keluarga, landong juga dapat berfungsi sebagai ruang makan.



5. Siri Reha (Tiang Tengah)

Sisi reha adalah tiang utama yang terletak di tengah ruangan paviliun (landong). Di tiang tengah inilah terdapat tempat untuk meletakkan sesajen (lempar), atau sebagai tempat untuk melakukan ritual adat yang ada di dalam rumah. Dalam rapat keluarga, seseorang yang di-tua-kan di dalam rumah tersebut mengambil tempat bersandar di titik tengah untuk memimpin rapat. Sehingga sering kali tiang tengah dan orang yang dituakan dan diandalkan untuk menentukan kebijaksanaan disebut sebagai tiang sandaran (siri bit).


6. Loang / Kepet / Kilo (Kamar)

Loang merujuk pada kamar tidur dari penghuni rumah, yang telah dibagi sesuai kedudukan dan jumlah penghuni rumah.Kepet adalah bilik semacam kamar tidur yang khusus diperuntukkan bagi penghuni yang berkeluarga.Kilo yaitu kamar tidur atau bilik privasi suami istri, bisa berarti tempat tidur keluarga.


7. Likang / Sapo (Tempat Perapian / Dapur)

Dapur bagi sekang orang Kempo, tidak ada nama khusus.Likang merujuk pada tungku, tempat memasak. Sedangkan sapo adalah tempat batu tungku diletakkan, berbentuk kotak yang di isi tanah didalamnya, untuk meredam panas ke lantai kayu dari rumah panggung. Disekitar sapo, terdapat tempat air (teong dongge). Diatas sapo dibuatkan rak gantung, untuk menaruh barang atau mengasapkan daging yang disebut cuing. Dan di pojok rumah dekat perapian juga dibuatkan tenda lagi (cewak). Cewak berfungsi sebagai tempat untuk menaruh barang kebutuhan sehari-hari seperti; tempat menyimpan beras (luni dea /l uni tobang), jagung yang telah ditumbuk (latung cuca), sayur (ute), gula (gola), garam (cie), piring, gelas dll.Dapat disimpulkan, likang maupun sapo adalah dapur atau bisa juga biasa disebut tempat perapian (musi api).


8. Cao (Loteng)

Cao adalah ruangan bagian atas rumah atau loteng. Cao biasa digunakan untuk menaruh barang-barang keperluan rumah tangga yang tidak terpakai; seperti tikar (loce), bantal (tange), karung pandan (luni) bahan obat-obatan, dan barang lainnya. Sementara bagian loteng yang tepat berada diatas tungku / sapo, biasanya untuk menyimpan cadangan makanan seperti jagung (latung), ubi yang telah dikeringkan (tete kilu) dll. Cao dapat diartikan juga sebagai gudang.


9. Para Tontong / Pertontong (Jendela)

Untuk menambah pencahayaan atau untuk mensirkulasi udara didalam sekang, biasanya di dekat dapur akan dibuatkan para tontong / pertongang. Dulu fungsi para tongang / jendela tidak lebih dari tempat membuang sampah ke bagian belakang rumah. Sehingga di setiap kamar tidur jarang ada pertontong, kalaupun ada itu tidaklah lebar.


B. Peang Mai Sekang (Bagian Luar Rumah)


Peang mai atau bagian luar rumah yang dimaksud adalah bagian luar dan sekitar rumah.
Bagian luar luar tersebut merupakan bagian yang sering sebagai tempat berinteraksi, baik sesama penghuni rumah, tetangga, maupun alam luar. Termasuk juga bagian luar yang menyatu dengan bangunan rumah.

Bagian-bagian tersebut meliputi;


 
1.   Ngaung (Kolong Rumah).

Karena rumah berbentuk panggung, otomatis terbentuk kolong di bawahnya. Ngaung meliputi ruangan bagian bawah rumah sampai batas jatuhnya air hujan dari atap (lawe ri'i).Kolong rumah memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai tempat untuk menaruh barang-barang yang berukuran besar dan cenderung barang kotor seperti pelana alas punggung kerbau (lapak), kayu bakar (haju api), pandan untuk membuat tikar (rea), alu, lesung (ngencung), berbagai hasil pertanian seperti kemiri (welu), kopi (kupi) dan lain-lain.Selain itu, ngaung seringkali dipakai oleh anak-anak sebagai tempat untuk bermain-main, terutama ketika hujan.Di bagian lain kolong rumah, pada jaman dulu dapat berguna sebagai tempat berlindung hewan peliharaan seperti anjing(acu) juga hewan ternak seperti kerbau (kaba) dan babi (kina).


2.   Natas (Halaman Rumah)

Natas sekang
Natas atau halaman adalah bagian depan rumah, mulai dari tangga rumah (wai rede) ke arah depan. Meski bagi Ata Kempo pada jaman dulu, belum mengenal taman. Karena halaman depan rumah berisi rumput dan tanah yang lapang. Tujuan utama sebenarnya dari halaman rumah adalah sebagai tempat untuk menjemur hasil kebun seperti teta wogor kilu (ubi kayu), latung, welu, kupi dll. Namun karena natas memiliki multi fungsi, halaman juga dapat berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak di sore hari seperti paki mangka (main gasing), gena (bermain biji kemiri), seko ajo (bermain buah ajo: buah dari tali hutan yang bentuknya bulat lempeng), labar ndekar (bermain gundu dari buah ndekar) dan lain-lain.Tidak hanya anak-anak, orang tua pun, biasanya para lelaki seringkali berkumpul dan bersenda gurau di natas saat sore hari.Pada beberapa upacara adat, natas menjadi tempat untuk melangsungkan pesta, seperti pentas tarian caci, sanda, korong dll.Natas adalah tempat bersosialisasi, antar sesama warga kampung..
 

3. Racap Sekang (Bagian Samping Rumah)

Racap sekang (samping kiri dan kanan) seringkali digunakan sebagai tempat pari baju (menjemur pakaian). Namun karena jaman dulu, belum ada pakaian dan belum ada batas kepemilikan tanah untuk rumah, seringkali hanya dipakai sebagai pilihan lain untuk menjemur hasil-hasil kebun.Lagi pula pada jaman dulu, jarak antara rumah kadang tidak terlalu jauh, jadi sela diantara rumah tidak terpakai untuk sesuatu yang khusus.Namun pada masa sekarang, dengan adanya pembagian dan pembatasan kepemilikan tanah, racap sekang kadang dijadikan sebagai pekarangan untuk menanam sesuatu.


4. Congkor (Halaman Belakang)

Bagian belakang rumah (congkor) identik sekali dengan sesuatu yang dibuang. Sampah-sampah rumah tangga seperti sisa sayuran, atau apapun yang tidak terpakai, akan dibuang begitu saja ke belakang. Begitu pun pembuangan karena metabolisme tubuh manusia, karena belum ada WC jadi membuang hajat adalah ke hutan (ponceng / rami) di bagian belakang rumah.Pada jaman dulu, belum ada batasan sampai di mana bagian belakang rumah yang dinamakan congkor. Tetapi diperkirakan tidak melebihi jauh 100 meter di belakang rumah. Namun pada masa kepemilikan lahan, congkor difungsikan sebagai kebun (po'ong) untuk menanam sayur mayur dan pohon buah-buahan. Jadi congkor sebatas dengan cicing (batas tanah dibagian ujung / belakang).



5. Para Lewang (Pintu Gerbang)

Pada masa kepemilikan atas tanah, batas-batas tanah dibuatkan pagar sebagai penanda batas tanah.Batas tanah bagian samping (ni'i), dibuatkan pagar yang rapat (kena), begitu pun pada halaman depan (natas) yang berbatasan dengan jalan dibuatkan pagar indah (nderek). Pada bagian depan ini, akan disisakan bagian untuk pintu gerbang (lewang) sebagai akses keluar masuk ke halaman rumah dan jalan depan rumah. Pada para lewang, dibuatkan kayu penghalang yang bentuknya mirip tangga, dengan tiang penyangga ditanam kedalam tanah. Karena di dalam pekarangan rumah, banyak tanaman yang di tanam, sehingga untuk melindungi tanaman dari serangan binatang, maka perlu untuk membuatkan pengunci pintu, yang dinamakan nggalu lewang.

Itulah beberapa bagian rumah orang Kempo, yang merupakan tempat-tempat yang sering digunakan untuk berbagai interaksi dan aktivitas.
Pada masa sekarang, sistem para lewang, nderk, dan natas sangat jelas terlihat. Hal ini karena adanya pembagian lahan dan batas-batas kepemilikan atas tanah.

 Sedangkan congkor sendiri, telah semakin lebih dinaikkan fungsinya, dari hanya sekedar hutan kecil menjadi tempat untuk menanam sayur mayur dan pohon buah-buahan. Tempat pembuangan sampah maupun WC juga berada di congkor, selain itu juga digunakan sebagai tempat untuk memelihara ternak seperti, babi, ayam, kambing.


                                                             ************************************


Cttn:
Neka rabo (maaf) uraian diatas mungkin belum terlalu lengkap, karena keterbatasan waktu untuk melakukan pengenalan yang mendalam.
Jika ada kekeliruan penuturan maupun penamaan, sepenuhnya adalah kekurangan penulis, dan tidak bertujuan merendahkan atau melecehkan.
Sekiranya masukan menjadi hal yang berharga untuk kita diskusikan…

Tidak ada komentar: