Sekang Banggang |
Hal ini sesuai dengan panduan hidup atau boleh dibilang moto hidup, ''duat le gula, we'e le mane''(berangkat kerja di pagi hari dan pulang ke rumah di sore hari).
Sedangkan tempat atau wilayah untuk mendirikan banguan rumah yang biasanya secara berkelompok, lengkap dengan sistem pendukungnya disebut beo atau kampong.
Dari segi fungsinya, Sekang bagi Ata Kempo dapat dibedakan sebagai berikut;
- Sekang Kaeng,
Sekang kaeng biasanya disebut sekang saja, yaitu bangunan untuk tempat tinggal dan menetap. Ada yang hanya ditempati oleh satu keluarga saja(suami istri dan anak-anak), ada juga yang di tempati oleh lebih dari satu keluarga(ditambah dengan kakek/nenek, paman/bibi, tante).
Pada jaman dulu, sebuah sekang ditempati oleh beberapa keluarga yang memililki ikatan kekerabatan dekat semacam klan (batu). Di dalamnya dibagi dalam beberapa kamar, ruang tamu(lutur), paviliun(landong), kamar tidur(loang) sesuai jumlah keluarga yang menempatinya. Sekang Kaeng dilengkapi dengan dapur, baik itu menyatu di dalam rumah atau dibuatkan bangunan terpisah. - Sekang Bonggok,
Bonggok merupakan bangunan yang didirikan di kebun atau sawah. Sebagai tempat untuk beristirahat dan menyiapkan keperluan makanan ketika bekerja di ladang atau sawah(dangau). Atau tempat untuk menyimpan alat pertanian dan juga sebagai tempat mengolah, memproses dan menyimpan hasil pertanian(lumbung). Tak jarang, bonggok dapat berfungsi sebagai sekang kaeng. hal ini terjadi karena jauhnya jarak lahan pertanian dan kampung, sehingga ada yang memilih untuk menetap sementara di ladang hingga musim panen berakhir.
- Sekang Riang,
Sekang riang dibangun di batas kebun dan hutan, diibaratkan sebagai pos pemantau atau penjagaan binatang liar yang menyerang tanaman di ladang, seperti monyet, rusa, landak, burung betet, burung kakak tua dan babi hutan. Sekang riang sifatnya sementara, selama lahan garapan itu dikerjakan, dan ketika tidak lagi dikerjakan, sekang riang pun ditinggal. - Simbet,
simbet atau tungku lutur - Ndi,
Ndi adalah bangunan besar yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan pesta adat yang lebih besar atau kemah. Pesta adat seperti pesta nikah(wagal mantar) atau syukur atas hasil panen yang berlimpah(randang). Ndi merupakan bangunan sementara, selama prosesi acara adat berlangsung. - Sari,
Sari adalah bangunan sebagai tempat memproses atau memproduksi gula aren(gola malang) atau tempat penyulingan arak(sopi). Sari kadang berdiri sendiri, kadang juga disatukan dengan bonggok.
Dari beberapa jenis rumah yang disebutkan diatas, kita bisa menambahkan fungsi rumah lebih dari sekedar tempat tinggal saja, tapi juga sebagai tempat berlindung dari panas hujan dan serangan binatang buas. Sekang juga sebagai tempat untuk berlangsungnya sesuatu peristiwa hidup, mengerjakan segala sesuatu, juga tempat untuk memproses dan mengolah hasil pertanian.
Sedangkan dari segi bentuk atau model bangunan, sekang dibedakan menjadi;
- Sekang Tenda(rumah panggung),
Sesuai dengan fungsi rumah untuk berlindung dari serangan binatang buas atau peristiwa alam lainya, kebanyakan rumah-rumah pada jaman dulu, berbentuk rumah panggung. Sehingga terbentuk kolong(ngaung) di bawahnya.
Sekang tenda juga disebut sekang weri (tanam), karena tiang-tiang rumah ditanam ke dalam tanah. Tiang bangunan untuk Sekang Kaeng minimal berjumlah 9 tiang, 8 tiang sudut(delapan penjuru angin) dan satu tiang tengah (siri reha). Jika tiang penyangga atap tidak disatukan dengan tiang penyangga lantai, maka keseluruhan tiang bisa berjumlah 16(8 tiang penyangga atap + 8 tiang penyangga lantai) atau 17(+ 1 tiang penyangga lantai di tengah), hal ini karena tiang tengah haruslah tiang lurus yang menuju atap. Sedangkan untuk bonggok minimal 4 tiang atau 9 tiang. Tiang-tiang rumah haruslah dari kayu yang kuat, dan tidak mudah dimakan rayap. Terkadang tiang rumah diambil dari inti kayu(pateng) yang telah dikeluarkan bagian luarnya yang agak lunak. Untuk merekatkan atau merautkan antara tiang dan kusen atau penyangga atap, diikat dengan tali, karena belum ada paku saat itu. Tali yang digunakan yaitu dari tali ijuk yang dipilin (wase wunut), tali wase nol, tali wase weda, rotan, dan tali wase wewu.
Saat ini, sangat jarang kita temui lagi rumah panggung, karena telah dimodifikasi dan diturunkan (na'a wa). Seperti yang tampak pada gambar diatas, dulunya adalah rumah panggung, lalu na'a wa pada tahun 2011 lalu. - Sekang Tana atau sekang wa,
Karena kemajuan dalam hal seni pertukangan, bangunan rumah pun berubah bentuk dari yang tadinya berbentuk rumah panggung menjadi rumah yang rata dengan tanah. Juga karena rumah panggung rentan terhadap angin kencang dan kurangnya ketahanan tiang yang dimakan usia. Tiang rumah tidak lagi ditanam dalam tanah, tetapi dialas dengan batu saja, untuk mencegah serangan rayap. Jumlah tiang rumah untuk sekang kaeng pun tetap konstan yaitu 9 tiang, 8 tiang penjuru ditambah 1 tiang tengah. Pada model bangunan seperti ini, pahat, bor dan paku telah ada, sehingga menggantikan fungsi tali. Bentuk rumah seperti ini banyak diaplikasikan dalam rumah-rumah penduduk di kampung dan masih bertahan sampai sekarang. - Sekang Tongap,
Sedangkan dilihat dari bahan atapnya (epa), sekang dibagi menjadi:
a. Sekang ri'i, yaitu sekang yang menggunakan atap dari alang-alang. Pada jaman dulu, alang-alang memiliki arti penting dalam pembangunan rumah. Sehingga tak jarang alang-alang dibuatkan kebun tersendiri, sebagai persediaan untuk atap rumah. Hanya saja atap alang-alang tidak terlalu efektif. karena mengalami pelapukan.
b. Sekang wunut,
sekang yang menggunakan atap dari ijuk Atap ijuk atau wunut sangatlah kuat, dan bertahan lama, bisa sampai puluhan tahun lamanya. tetai kesulitanya adalah mengumpulkan ijuk dalam jumlah yang banyak, membutuhkan waktu yang cukup lama. Seperti halnya atap ri'i, atap wunut juga rentan terhadap bahaya kebakaran(lolos).
c. Sekang sante, sekang yang menggunakan atap dari bambu yang dibelah, baik yang panjang maupun yang pendek. Atap sante biasanya hanya untuk bonggok, kalau pun untuk sekang kaeng, sifatnya hanya untuk sementara saja. Bahannya mudah didapatkan tapi kualitasnya tidak terlalu bertahan lama.
d. Sekang leka, sekang dengan atap dari pelepah daun enau atau kelapa. Atap leka hanya berfungsi untuk berlindung dari panas, sedangkan ketika hujan harus ditambal dengan pelepah daun pinang(lungkung) agar tidak terlalu bocor.
e. Sekang belek atau sekang seng, yaitu sekang yang menggunakan atap dari seng(baja tipis). Atap modern yang banyak digunakan oleh Ata Kempo hingga saat ini. Sementara asbes dan genteng masih sangat jarang dan mungkin belum digunakan di Kempo.
Dilihat dari bahan dinding(siding) yang digunakan,
sekang dikelompokan sebagai berikut;
1. Sekang wancang,
rumah berdinding bambu(betong) yang dicincang (cecak wancang) hingga membentuk lembaran kayu.
2. Sekang mbepe,
rumah yang berdinding dari anyaman bambu/aur (helung). Pada masa sekarang anyamannya lebih bermotif dengan nama baru yaitu gedeg/bedeg.
3. Sekang banggang, yaitu rumah dengan dinding papan. pada masa ini, gergaji pembelah dengan ukuran besar sudah ada, sehingga batang pohon-pohon besar bisa dibuatkan papan(poro banggang).
4. Sekang tembok,
yaitu sebutan untuk rumah yang berdinding beton(batako ata bata merah). Jika ditambah dengan lantai beton akan disebut dengan sekang semen.
sekang dikelompokan sebagai berikut;
1. Sekang wancang,
Sekang wancang |
2. Sekang mbepe,
sekang mbepe |
3. Sekang banggang, yaitu rumah dengan dinding papan. pada masa ini, gergaji pembelah dengan ukuran besar sudah ada, sehingga batang pohon-pohon besar bisa dibuatkan papan(poro banggang).
4. Sekang tembok,
sekang setengah tembok |
Pada masa kini, fungsi rumah tidak saja sebagai tempat tinggal. Tetapi pada kenyataanya, rumah melekat dengan status sosial seseorang. Rumah besar, beratap seng dengan dinding beton dan lantai keramik menjadi ukuran kemampuan seseorang dari segi materi dan harta benda atau boleh dibilang orang kaya(ata bora). Setiap orang tentunya boleh memiliki dan menyandang predikat ata bora dengan kerja keras dan usaha yang jujur. Karena rumah adalah tempat untuk hidup dan tinggal, aura rumah juga haruslah tetap terjaga tentram, jauh dari pergunjingan bagaimana sebuah rumah bisa dibangun. Hingga setiap orang yang tinggal dan hidup didalamnya menemukan ketenangan dan kedamaian dalam satu atap, dan tak ada tempat yang lebih indah selain rumah.
*****.............................Home Sweet Home................................*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar